Hujjah Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Tauhid Bagian 1
Allah Ada tanpa Tempat
Keyakinan yang paling mendasar setiap
muslim adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wata‘ala Maha Sempurna dan Maha
Suci dari segala kekurangan. Allah subhanahu wata‘ala Maha Suci dari menyerupai
makhlukNya. Allah subhanahu wata‘ala juga Maha Suci dari tempat dan arah. Allah
subhanahu wata‘ala ada tanpa tempat. Demikian keyakinan yang paling mendasar
setiap muslim Ahlussunnah wal Jama’ah.
Dalam ilmu akidah atau teologi,
keyakinan semacam ini dibahasakan, bahwa Allah subhanahu wa ta‘ala memiliki
sifat Mukhalafatuhu lil-Hawaditsi, yaitu Allah subhanahu wata‘ala wajib tidak
menyerupai makhlukNya.
Ada sebuah dialog yang unik antara
seorang muslim Sunni yang meyakini Allah subhanahu wata‘ala ada tanpa tempat,
dengan seorang Wahhabi yang berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wata‘ala
bertempat.
Wahhabi berkata: “Kamu ada pada
suatu tempat. Aku ada pada suatu tempat. Berarti setiap sesuatu yang ada, pasti
ada tempatnya. Kalau kamu berkata, Allah ada tanpa tempat, berarti kamu
berpendapat Allah tidak ada.”
Sunni menjawab: “Sekarang saya akan
bertanya kepada Anda: “Bukankah Allah telah ada tanpa tempat sebelum
diciptakannya tempat?”
Wahhabi menjawab: “Betul, Allah ada
tanpa tempat sebelum terciptanya tempat.”
Sunni berkata: “Kalau memang
wujudnya Allah tanpa tempat sebelum terciptanya tempat itu rasional, berarti rasional
pula dikatakan, Allah ada tanpa tempat setelah terciptanya tempat. Mengatakan
Allah ada tanpa tempat, tidak berarti menafikan wujudnya Allah.”
Wahhabi berkata: “Bagaimana
seandainya saya berkata, Allah telah bertempat sebelum terciptanya tempat?”
Sunni menjawab: “Pernyataan Anda
mengandung dua kemungkinan. Pertama, Anda mengatakan bahwa tempat itu bersifat
azali (tidak ada permulaannya), keberadaannya bersama wujudnya Allah dan bukan
termasuk makhluk Allah. Demikian ini berarti Anda mendustakan firman Allah
subhanahu wata‘ala: “Allah-lah pencipta segala sesuatu.” (QS.
az-Zumar ayat 62). Kemungkinan kedua, Anda berpendapat, bahwa Allah itu
baru, yakni wujudnya Allah terjadi setelah adanya tempat, dengan demikian
berarti Anda mendustakan firman Allah subhanahu wata‘ala: “Dialah (Allah)
Yang Maha Awal (wujudnya tanpa permulaan) dan Yang Maha Akhir (Wujudnya tanpa
akhir).” (QS. al-Hadid ayat 3).
Demikianlah dialog seorang muslim Sunni
dengan orang Wahhabi. Pada dasarnya, pendapat Wahhabi yang meyakini bahwa
wujudnya Allah subhanahu wata‘ala ada dengan tempat dapat menjerumuskan
seseorang keluar dari keyakinan yang paling mendasar setiap muslim,
yaitu Allah subhanahu wata‘ala Maha Suci dari segala kekurangan.
Tidak jarang, kaum Wahhabi menggunakan
ayat-ayat al-Qur’an untuk membenarkan keyakinan mereka, bahwa Allah
subhanahu wata‘ala bertempat di langit. Akan tetapi, dalil-dalil mereka dapat
dengan mudah dipatahkan dengan ayat-ayat al-Qur’an yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar