Senin, 15 Oktober 2012

Hujjah Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Tauhid Bagian 4



Hujjah Ahlussunnah wal Jama'ah Tentang Tauhid Bagian 4

Syaikh asy-Syanqithi dan Wahhabi Tuna Netra


Ketika orang-orang Wahhabi memasuki Hijaz dan membantai kaum Muslimin dengan alasan bahwa mereka telah syirik, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya, “Orang-orang Khawarij akan membunuh orang-orang yang beriman dan membiarkan para penyembah berhala.”
Mereka juga membunuh seorang ulama terkemuka. Mereka menyembelih Syaikh Abdullah az-Zawawi, guru para ulama madzhab asy-Syafi’i, sebagaimana layaknya menyembelih kambing. Padahal usia beliau sudah di atas 90 tahun. Mertua Syaikh az-Zawawi yang juga sudah memasuki usia senja juga mereka sembelih. Kemudian mereka memanggil sisa-sisa ulama yang belum dibunuh untuk diajak berdebat tentang tauhid, Asma Allah subhanahu wata‘ala dan sifat-sifatNya. Ulama yang setuju dengan pendapat mereka akan dibebaskan. Sedangkan ulama yang membantah pendapat mereka akan dibunuh atau dideportasi dari Hijaz.
Diantara ulama yang diajak berdebat oleh mereka adalah Syaikh Abdullah asy-Syanqithi, salah seorang ulama kharismatik yang dikenal hafal Sirah Nabi Saw. Sedangkan dari pihak Wahhabi yang mendebatnya, diantaranya seorang ulama mereka yang buta mata dan buta hati. Kebetulan perdebatan berkisar tentang teks-teks al-Qur’an dan hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah subhanahu wata‘ala. Mereka bersikeras bahwa teks-teks tersebut harus diartikan secara literal dan tekstual, dan tidak boleh diartikan secara kontekstual dan majazi.
Si tuna netra itu juga mengingkari adanya majaz dalam al-Qur’an. Bahkan lebih jauh lagi, ia menafikan majaz dalam bahasa Arab, karena taklid buta kepada pendapat Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim.
Lalu Syaikh Abdullah asy-Syanqithi berkata kepada si tuna netra itu: “Apabila Anda berpendapat bahwa majaz itu tidak ada dalam al-Qur’an, maka sesungguhnya Allah subhanahu wata‘ala telah berfirman dalam al-Qur’an: “Dan barangsiapa yang buta di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS. al-Isra’ ayat 72). Berdasarkan ayat di atas, apakah Anda berpendapat bahwa setiap orang yang tuna netra di dunia, maka di akhirat nanti akan menjadi lebih buta dan lebih tersesat, sesuai dengan pendapat Anda bahwa dalam al-Qur’an tidak ada majaz?”
Mendengar sanggahan Syaikh asy-Syanqithi, ulama Wahhabi yang tuna netra itu pun tidak mampu menjawab. Ia hanya berteriak dan memerintahkan anak buahnya agar Syaikh asy-Syanqithi dikeluarkan dari majlis perdebatan. Kemudian si tuna netra itu meminta kepada Ibn Saud agar mendeportasi asy-Syanqithi dari Hijaz. Akhirnya ia pun dideportasi ke Mesir. Kisah ini dituturkan oleh al-Hafidz Ahmad al-Ghumari dalam kitabnya, Ju’nat al-’Aththar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar