Senin, 21 Januari 2013

Ulama Kesukaan Wahabi yang Cinta Maulid Nabi



Ulama Kesukaan Wahabi yang Cinta Maulid Nabi

Hari yang baik, bulan yang baik serta dengan niat yang baik pula, kami awali tulisan ini dengan Firman Allah berikut ini, agar hati tenang dan nyaman ketika membacanya dengan baik-baik nantinya. Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah: jika bapak-bapak kamu , anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.(QS At-Taubah ayat 24).

Rasulullah Saw. bersabda:

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين

“Tidak beriman seseorang kamu sehingga adalah saya lebih dicintai nya dari orang tua nya dan anak nya dan semua manusia”(HR Bukhari dan Muslim).

Sikap anti berlebihan terhadap Maulid Nabi, terkesan seakan peringatan Maulid Nabi adalah kesalahan yang mutlak, namun di balik ingkar mereka yang melampaui batas, ternyata ajaran ingkar Maulid Nabi baru ada sejak mereka ada, belum ada jauh sebelum peringatan Maulid ini telah diperingati dan diakui oleh Muslim dan Ulama sedunia, latar belakang ulama yang mereka sukai ternyata para pecinta Maulid dan salah satu dari sekianPara Motivator Maulid, berikut ini sebagian bukti nya:

1.      Pendapat Ibnu Taymiyah Tentang Maulid Nabi

Ibnu Taymiyah berkata dalam kitab Iqtidha' Shirathil Mustaqim halaman 297:

فتعظيم المولد واتخاذه موسمًا قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه واله وسلم

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah Saw.”.

Ibnu Taymiyah juga berkata dalam kitab Majmu' Fatawa juz 23 halaman 134:

فتعظيم المولد واتخاذه موسماً قد يفعله بعض الناس ويكون لهم فيه أجر عظيم لحسن قصدهم وتعظيمهم لرسول الله صلى الله عليه وسلم

“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutin, itu dikerjakan oleh sebagian manusia, dan mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah Saw”.

TERNYATA:

Ibnu Taimiyah sosok Syaikhul Islam-nya para Wahhabi  dan Tokoh Yang Dipuja dan dibela mati-matian oleh Syaikh-Syaikh Wahabi-Saudi justru membela Maulid Nabi, ada apa dengan Wahabi, kenapa sebagian mereka mengingkari pendapat Ibnu Taimiyah, kenapa sebagian mereka menyangka ini fitnah terhadap Ibnu Taimiyah, kenapa sebagian mereka justru tidak pernah tahu pendapat Ibnu Tamiyah sebenarnya dalam masalah Maulid Nabi, mereka ingin berlepas diri dari Ibnu Taimiyah, yang sangat jelas mendukung Maulid Nabi, seandainya Maulid Bid’ah atau Tasyabbuh, sungguh Ibnu Taimiyah lebih dulu memerangi perayaan Maulid.

Karena di masanya perayaan Maulid telah dirayakan setiap tahun, tidak pernah ia bilang Bid’ah, tidak pernah ia bilang Tasyabbuh dengan Natal, tidak pernah ia permasalahkan adakah Nabi dan para sahabat merayakan Maulid seperti ini, tapi Ibnu Taimiyah malah menyatakan Maulid Nabi adalah amalan yang baik, bahkan mendapat pahala bagi yang merayakannya, karena menurut Ibnu Taymiyah Maulid adalah termasuk sebagian dari cara mengagungkan Nabi, dan termasuk salah satu cara mencintai Nabi.

Dengan kata lain Ibnu Taimiyah mengakui kebenaran Fatwa Ulama yang membolehkan perayaan Maulid, perbedaan persepsi dalam memahami hakikat makna Bid’ah antara Ibnu Taimiyah dan Wahabi/Salafi, otomatis berujung pada perbedaan kategori, Ibnu Taimiyah punya dua kategori Bid’ah yaitu Bid’ah Dholalah/Sayyiah dan Bid’ah Hasanah, tentu saja setiap hal atau cara baru dalam beramal tidak serta-merta dapat divonis sesat, sementara Wahabi yang salah memahami hakikat makna Bid’ah, membuat mereka tidak punya pilihan lain, setiap hal baru otomatis sesat menurut mereka, dan status hukum bukan lagi pada dalilnya, tapi lebih kepada ada atau tidaknya itu di masa Nabi dan Sahabat, sehingga wajar kalau pada setiap permasalahan yang mereka pertanyakan bukanlah dalil syar’i, dan tanpa sadar mereka telah mengingkari sebagian syari’at Islam atau dengan kata lain inilah ciri Manipulasi Fatwa Ala Wahhabi, semoga kekaguman mereka terhadap Ibnu Taimiyah bisa memperkecil perbedaan selama ini.

2.      Pendapat Ibnu Katsir Tentang Maulid Nabi

Imam Ibnu Katsir dalam Kitabnya Bidayah wa an-Nihayah juz 13 halaman 136,
memuji Raja Mudzaffar Abu Sa’id al-Kukburi sebagai berikut:

وكان يعمل المولد الشريف في ربيع الأول ويحتفل به احتفالا هائلا
وكان مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه

“Dan dia (Raja Mudzaffar) menyelenggarakan Maulid Nabi yang mulia di bulan Rabi’ul Awwal secara besar-besaran. Ia juga seorang raja yang cerdas, pemberani kesatria, pandai, dan adil, semoga Allah mengasihinya dan menempatkannya di tempat yang paling baik.”

Imam Ibnu Katsir juga mengatakan:

إن أول من أرضعته صلى الله عليه وسلم هي ثويبة مولاة أبي لهب وكان قد أعتقها حين بشرته بولادة النبي صلى الله عليه وسلم. ولهذا لما رآه أخوه العباس بعد موته في المنام بعدما رآه بشر خيبة، سأله: ما لقيت؟ قال: لم ألق بعدكم خيراً غير أني سقيت في هذه بعتاقتي لثويبة (وأشار إلى النقرة التي بين الإبهام والتي تليها من الأصابع).

“Sesungguhnya orang pertama kali menyusui Nabi Saw. adalah Tsuwaibah yaitu budak perempuan Abu Lahab, dan ia telah dimerdekakan dan dibebaskan oleh Abu Lahab ketika Abu Lahab gembira dengan kelahiran Nabi Saw. Karena demikian setelah meninggalnya Abu Lahab, salah seorang saudaranya yaitu Abbas melihatnya dalam mimpi, salah seorang familinya bermimpi melihat ia dalam keadaan yang sangat buruk, dan Abbas bertanya: “Apa yang engkau dapatkan?” Abu Lahab menjawab: “Sejak aku tinggalkan kalian (mati), aku tidak pernah mendapat kebaikan sama sekali, selain aku diberi minuman di sini (Abu Lahab menunjukkan ruang antara ibu jarinya dan jari yang lain) karena aku memerdekaan Tsuwaibah”. (Lihat dalam Kitab Bidayah wa an-Nihayah juz 2 halaman  272-273, Kitab Sirah an-Nabawiyah juz 1 halaman 124 dan Kitab Maulid Ibnu Katsir halaman 21).

Imam Ibnu Katsir mengagungkan malam Maulid Nabi, berikut pernyataan beliau dalam Kitab Maulid Ibnu Katsir halaman 19:

إن ليلة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كانت ليلة شريفة عظيمة مباركة سعيدة على المؤمنين، طاهرة، ظاهرة الأنوار جليلة المقدار

“Sungguh malam kelahiran Nabi Saw. adalah malam yang sangat mulia dan banyak berkah dan kebahagiaan bagi orang mukmin dan malam yang suci, dan malam yang terang cahaya, dan malam yang sangat agung”.

Sebagaimana pula dikatakan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab ad-Durar al-Kaminah mengatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab Ibnu Katsir yang membolehkan Maulid Nabi dan di dalamnya membahas tentang perayaan peringatan Maulid Nabi.

TERNYATA:

Ibnu Katsir yang dianggap sama oleh Salafi-Wahabi dengan mereka dalam semua hal, juga mengagungkan Maulid, bahkan beliau punya kitab tentang kebolehan dan keagungan Maulid Nabi, perbedaan yang sangat mencolok ini tentu tidak aneh, karena Ibnu Katsir adalah seorang Ahlus Sunnah Waljama’ah (Aswaja), cuma mereka tidak mau melepaskan Ibnu Katsir, karena tanpa Ibnu Katsir, mereka tidak punya lagi ulama hebat yang bisa mereka sandarkan ajaran mereka, dan penganut Wahabi akan semakin berkurang drastis, dan separuh kebohongan yang mereka tutupi selama ini akan terkuak dengan sendirinya, buktinya dalam hal ini Ibnu Katsir terlepas dari ajaran Wahabi. Perayaan Maulid yang telah dirayakan setiap tahun di masanya, tidak memvonis pecinta Maulid Nabi dengan Ahlu Bid’ah, apalagi sampai menyamai dengan perayaan Kuffar.

Dalam kitab nya Ibnu Katsir memuji Raja Mudzaffar, karena kedermawanannya dalam perayaan Maulid besar-besaran, bahkan lebih dari itu, ketika para penganut Wahabi menganggap “orang yang merayakan Maulid sama dengan Abu Lahab” ternyata Ibnu Katsir membenarkan kisah tersebut, Ibnu Katsir membenarkan Abu Lahab membebaskan budaknya Tsuwaibah karena kegembiraan nya dengan berita kelahiran Nabi dan dengan sebab itu ia mendapat sedikit air yang dapat ia minum di kubur, karena kekufurannya telah menghalangi pahala dan fadhilah besar yang seharusnya. Tidak cuma itu.

Ibnu Katsir juga percaya bahwa malam Maulid Nabi adalah malam yang penuh berkah, malam yang lebih dari malam lainnya, tentu saja ini sangat bertolak-belakang dengan anggapan Wahabi, karena mereka anggap malam Maulid tidak tidak punya kelebihan apapun, sama seperti malam sebelumnya atau sesudahnya, semoga perasaan mereka terhadap Ibnu Katsir bisa menimbulkan benih cinta mereka terhadap Maulid Nabi Saw.

3.      Pendapat Imam Adz-Dzahabi Tentang Maulid Nabi

Adz-Dzahabi juga memuji Abu Said Al-Kukburi dalam kkitabnya yang berjudul Siyar A'lam an-Nubala' juz 22 halaman 336:

وكان متواضعًا ، خيِّرًا سنّيًا ، يحبّ الفقهاء والمحدّثين

“Dan adalah ia (Raja Mudzaffar) itu yang rendah hati, dan baik dan juga Sunni (Ahlus Sunnah Waljama'ah) dan ia mencintai Fuqaha’ (Ulama Fiqih) dan Muhadditsin (Ulama Hadits).“

TERNYATA :

Adz-Dahabi sama halnya dengan Ibnu Katsir, ia juga memuji Raja Maulid Raja Mudzaffar, dan dengan jelas adz-Dzahabi menyebutnya dengan Sunni yakni Ahlus Sunnah Waljama’ah, tapi kenapa Wahabi menyebut pecinta Maulid dengan Ahlu Bid’ah? tidakkah mereka malu kepada Imam mereka? kenapa justru mencari-cari alasan untuk mengingkari kebenaran dari Ulama yang mereka sukai, kenapa harus menutupi kebenaran yang datang dari diri mereka sendiri, kalau saja kebenaran datang dari orang yang ia musuhi dan benci selama ini, mungkin saja terlalu berat menerima dan mengakui nya, tapi ini kebenaran dari diri mereka sendiri.

Semoga ini menjadi sebuah renungan bagi siapapun yang terlalu anti dengan Maulid Nabi, bila pun terlalu berat mengakui kelebihannya, cukuplah dengan berdiri di tengah-tengah saja, tidak perlu ikutan Maulid, dan juga jangan ikutan mencaci-maki Maulid, biarpun nantinya juga akan sangat menyesal karena tidak bisa merasakan bila ternyata begitu besar fadhilah Maulid di akhirat kelak nantinya. 

1 komentar: